KONSEP
MASYARAKAT MADANI
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan
Agama Islam”
Dosen
: M. Haidlor,S.Si.,
Lc
Oleh
Lailatul
Badriyah
(
121810301036)
MATA
KULIAH UMUM
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
KONSEP
MASYARAKAT MADANI
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan
Agama Islam”
Dosen
:
M. Haidlor,S.Si.,
Lc
Oleh
Lailatul
Badriyah (121810301036)
MATA
KULIAH UMUM
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
Syukur kehadirat Dzat yang Maha Kuasa
atas limpahan karunia- Nya berupa kemampuan berpikir sehingga hanya
dengan pertolongan- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
topik Karakter Islam sebagai Agama Rasional dan Kaffah dan judul yang
penulis ambil adalah “Peran
Akal dan Wahyu dalam Islam serta Berbagai Bukti Kesempurnaan Islam”.
Ucapan
terima kasih penulis sampaikan pada segenap pihak yang telah membantu
dalam penulisan ini. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada :
- Kedua orangtua tercinta dan segenap keluarga, yang telah banyak memberikan dorongan moril maupun materiil.
- Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umat manusia keluar dari kegelapan dan kebodohan.
- Bapak M. Itqon Syauqi, S. Th. I selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Umum Pendidikan Agama Islam 26 yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis senantiasa
menyadari bahwa tuisan ini masih jauh dari sempurna, bik dari segi
materi, sistematika pembahasan maupun susunan bahasanya. Oleh
karenanya, penulis senantiasa terbuka terhadap kritik dan saran yang
konstrituktif, dengan iringan do’a mudah- mudahan makalah ini dapat
bermanfaat dalam pengembangan pendidikan serta wawasan berpikir kita
bersama.
Jember, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
masyarakat madani
2.2 Karakteristik
masyarakat madani
2.3
Mewujudkan masyarakat madani
2.4 Posisi
peran umat islam di Indonesia
BAB III SIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Ada berbagai macam
pendekatan terhadap Islam. Salah satunya adalah pendekatan rasional.
Pendekatan ini adalah salah satu pendekatan yang universal. Tentu
saja karena fitrahnya setiap manusia memiliki akal untuk berpikir.
Meski seseorang awalnya menerima Islam dengan jalur lain, suatu saat
ia akan menanyakan secara rasional, mengapa saya shalat misalnya.
Rasional menurut Kamus Bahasa Indonesia artinya “menurut pikiran
dan pertimbangan dengan alasan yang logis; menurut pikiran yang
sehat; cocok dengan akal; sesuai dengan akal sehat”. Atau
sederhananya rasional itu “logis” atau “masuk akal” menurut
Tesaurus Bahasa Indonesia. Setidaknya ada dua konsep yang dimaksud
dengan Islam sebagai agama yang rasional. Pertama, konsep yang biasa
beredar di masyarakat. Menurut pengertian ini, yang dimaksud Islam
agama rasional adalah Islam memiliki pembenaran “rasional” atas
aturan-aturannya bahkan aqidahnya. Yang kedua, Islam merupakan agama
yang rasional karena dasar-dasarnya dibangun atas “hujjah-hujjah”
yang dapat dibuktikan secara rasional.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, rumusan masalah dari penulisan ini sebagai berikut:
1.2.1 Apa Peran Akal
dan Wahyu dalam Islam?
1.2.2 Apa Berbagai
Bukti Kesempurnaan Islam?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, tujuan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1.3.1 Untuk
mengetahui Peran Akal dan Wahyu dalam Islam
1.3.2 Untuk
mengetahui Berbagai Bukti Kesempurnaan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
- Peran Akal dan Wahyu dalam Islam
- Pengertian Akal
Pengertian akal
dapat dijumpai dalam penjelasan Ibnu Taimiyah (2001:18). Lafadz akal
adalah lafadz yang mujmal
(bermakna ganda) sebab lafadz akal mencakup tentang cara berpikir
yang benar dan mencakup pula tentang cara berpikir yabg salah.
Adapun cara berfikir yang benar adalah cara berpikir yang mengikuti
tuntunan yang telah ditetapkan dalam syar’a.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami
sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya.
- Pengertian Wahyu
Wahyu sendiri dalam
Al-Quran disebut dengan kata al-wahy
yang memiliki beberapa arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu
adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan
rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang
dimanifestasikan, diungkapkan. Ia adalah
pencerahan, sebuah bukti atas realitas dan penegasan atas kebenaran.
Setiap gagasan yang di dalamnya ditemukan kebenaran ilahi adalah
wahyu, karena ia memperkaya pengetahuan sebagai petunjuk bagi manusia
(Haque, 2000: 10). Allah sendiri telah memberikan gambaran yang jelas
mengenai wahyu ialah seperti yang digambarkan dalam al-Qur’an surat
al-Maidah ayat 16 yaitu:
“Dengan
Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya
ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
- Peran Akal dan Wahyu dalam Islam
Allah meniupkan ruh
ke dalam diri manusia, yang tidak diberikanNya kepada makhluq bumi
yang lain. Karena manusia mempunyai ruh, ia mempunyai kekuatan
ruhaniyah yaitu akal. Dengan akal itu manusia mempunyai kesadaran
akan wujud dirinya. Dengan otak sebagai mekanisme, akal manusia dapat
berpikir dan dengan qalbu (hati nurani) sebagai mekanisme akal
manusia dapat merasa. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan,sebaik-baiknya, seperti dalam QS At-Tin 4:
Artinya: Sungguh,
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemampuan akal untuk
berpikir dan merasa bertumbuh sesuai dengan pertumbuhan diri manusia.
Agar manusia dapat mempergunakan akalnya untuk berpikir dan merasa,
ia perlu mendapatkan informasi dan pengalaman hidup. Mutu hasil
pemikiran dan renungan akal tergantung pada jumlah, mutu dan jenis
informasi yang didapatkannya dan dialaminya. Ilmu eksakta,
non-eksakta, ilmu filsafat adalah hasil olah akal dengan mekanisme
otak. Kesenian dan ilmu tasawuf adalah hasil olah akal dengan qalbu
sebagai mekanisme.
Oleh karena akal
manusia itu terbatas, Allah Yang Maha Pengatur (ArRabb) memberikan
pula sumber informasi berupa wahyu yang diturunkan kepada para Rasul
yang kemudian disebar luaskan kepada manusia. Nabi Muhammad
RasuluLlah SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir. Setelah beliau,
Allah tidak lagi menurunkan wahyu. Dalam shalat kita minta kepada
Allah:
Artinya:
‘‘Tunjukilah kami jala yang lurus’’(1:6)
Maka Allah menjawab:
Artinya: ‘’Alif
Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi mereka yang bertakwa.’’ (QS. Albaqarah 1-2).
Al Quran yang tak
ada keraguan dalamnya memberikan informasi kepada manusia tentang
perkara-perkara yang manusia tidak sanggup mendapatkannya sendiri
dengan kekuatan akalnya:
Artinya: “ Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq 5).
- Berbagai Bukti dalam Kesempurnaan Islam ( Suyumuliyatul Islam)
Islam merupakan
sebuah din
yang
kaffah
(sempurna).
Berawal turun pada abad empat belas silam, Islam telah memberikan
kepada seluruh umat manusia solusi secara menyeluruh atas semua
probelmatika umat yang sedang berlangsung ataupun akan berlangsung
dalam kehidupan umat manusia. Allah SWT dalam hal ini berfirman :
Pada hari ini Aku
telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, mencukupkan nikmat-
Ku bagi kalian dan meridhai Islam sebagai agama kalian (Q.
S al- Maidah [5]:
3)
Sebagai pedoman
hidup yang dibuat oleh Allah, tentu saja al- Qur’an mampu
memecahkan permasalahan yang terjadi pada makhluknya, karena Allah
Maha Mengetahui apapun yang menjadi probematika makhluknya serta
solusi bagaimana memecahkannya.
Islam tidak hanya
mengatur masalah mencakup hubungan manusia dengan Tuhannya (Hablu
Minallah),
namun juga mengatur dan menyelesaikan probelmatika di seputar
hubungan manusia dengan dirinya sendiri (Hablu
binafsih) ataupun
sesamanya (Hablu
Minannas).
Inilah wujud daripada kesempurnaan ajaran Islam. Syumul
(universalitas)
merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika
dibandingkan dengan syariah dan tatanan buatan manusia, baik
komunisme, kapitalisme, demokrasi maupun yang lainnya. Universalitas
Islam meliputi waktu, tempat dan seluruh bidang kehidupan. Ulama
besar Mesir asy syahid Hasan Al- Banna berkata, “Risalah
Islam mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi
seluruh umat, dan jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup
seluruh urusan dunia dan akhirat.”
(Mukni’ah,
2011: 40)
Oleh karenanya
kesempurnaan Islam memiliki bagian- bagian meliputi syumuliyatuz
zaman
(sepanjang masa), syumuliyatul
minhaj
(mencakup semuanya) dan syumuliyatul
makan (semua
tempat). Ketiganya memiliki makna yang berbeda namun tetap dalam
cakupan islam. Pembahasan ketiga hal tersebut menurut Mukni’ah,
2011: 40- 41 bahwa pertama dalam syumuliyatuz
zaman
(sepanjang masa) Islam mencakup kronologi dan periodesasi zaman serta
waktu, yaitu agama masa lalu, hari ini dan sampai berakhirnya zaman
serta waktu kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang
disampaikan kepada para Nabi terdahulu :
Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap- tiap umat untuk menyerukan:
“Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut.” (QS
Al- Nahl
[16]: 36).
Selanjutnya, disempurnakan oleh Allah melalui risalah Nabi Muhammad
Saw. Sebagai satu- kesatuan risalah dan nabi terakhir hingga hari
kiamat tiba.
Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusiatiada mengetahui (QS
Saba’ [34]: 28). Kedua,
syumuliyatul
minhaj (mencakup
semuanya) terdiri dari aspek- aspek yang terkandung dalam Islam,
seperti kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan
yang wajib hukumnya yaitu dakwah dan jihad guna sebagai peyokong/
penguat Islam, akhlak dan ibadah guna sebagai pondasi Islam dan
akidah guna sebagai asas Islam. Kegunaan dan fungsi dalam aspek-
aspek tersebut memberikan gambaran kelengkapan Islam sebagai satu-
satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT.:
Sesungguhnya
agama (yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam (QS
Ali ‘Imran [3]: 19).
Ketiga syumuliyatul
makan (semua
tempat) dimana antara manusia dan alam semesta ini merupakan satu-
kesatuan, karena Allah SWT. Alhasil Dia adalah Maha Pencipta alam ini
serta semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan- Nya. Dalam firman-
Nya :
Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut mmbawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. (QS
Al- Baqarah [2]: 163-164).
Islam sebagai agama
yang telah disempurnakan Allah jelaslah mengatur semuanya. Selain
mengajarkan untuk shalat yang mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Tetapi Islam mengatur semua kehidupan setiap makhluk- makhluk- Nya.
Khusus berkaitan dengan pembahasan mengenai berbagai bukti
kesempurnaan Islam di seputar Bidang Akidah, Bidang Ibadah, Bidang
Akhlak, Bidang Hukum/ Syariah, Bidang dalam Seluruh Aspek Kehidupan
akan diuraikan secara ringkas sebagai berikut.
2.2.1 Bidang Akidah
‘Aqidah,dalam
bahasa Arab, berasal dari lafadz ‘aqada-
ya’qidu-‘aqidatan.
Lafadz tersebut mengikuti wazan fa’ilatan,
yang
berarti ma’qudah
(sesuatu
yang diikat). Sedangkan ‘aqidah,
menurut istilah syara’, dalam hal ini para ulama’ berbeda
pendapat.
Antara lain, sebagai berikut:
a. Sampainya perasaan pada sesuatu sehingga mampu menggerakkan hati kita serta mengarahkan gerak tingkah laku kita.
a. Sampainya perasaan pada sesuatu sehingga mampu menggerakkan hati kita serta mengarahkan gerak tingkah laku kita.
b. Pembenaran dan pengakuan
sempurna, yang tidak tergantikan atau berkurang dengan meyakini dan
menerima semua rukun islam dengan penuh keyakinan.
c. Janji yang teguh serta iktan
yang kuat, yang terpatri dalam hatidan menancap dalam kalbu. (Hafidz
A, 2004: 113)
Dari ketiga definisi
shahih diatas yang dikemukakan, maka ketiganya dapat dirumuskan
secara global menjadi satu definisi umum yaitu Akidah pemikiran penuh
dan menyeluruh mengenai manusia , kehidupan, serta hubungan di
antara semuanya dengan apa yang ada sebelum kehidupan (Pencipta) dan
setelah kehidupan (Hari Kiamat), serta mengenai hubungan semuanya
dengan apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan (syari’at dan
hisab), yang diyakini oleh kalbu (wijdan)
dan diterima oleh akal, sehingga menjadi pembenaran (keyakinan) yang
bulat, sesuai dengan realitas (yang diimani), dan bersumber dari
dalil.
2.2.2 Bidang Ibadah
Maha
Suci Allah yang telah mengatur segala sesuatunya dengan baik dan
menentramkan. Seluruh aktivitas seorang muslim akan bernilai ibadah
di mata Allah, apabila dijalankan dengan ikhlas dan diniatkan hanya
untuk mengharap ridho- Nya. Oleh karena itu, kita patut mencontoh
Rasulullah SAW dan para sahabatnyayang selalu berlomba- lomba dalam
kebaikan (ibadah) karena mereka yakin bahwa Allah akan membalasnya
dengan limpahan pahala dan sesuatu yang jauh lebih baik didunia
maupun di akhirat (jannah).
(Mukni’ah,
2011: 43). Ibadah mahdhah semisal shalat, shaum, haji, berdo’a,
zakat dan ibadah- ibadah ritual lain- lain merupakan untuk wujud
aturan bagi manusia dalam berhubungan langsung dengan Allah.
Berakhlakul karima (seperti berlaku jujur, amanah dan menepati
janji), makanan yang halal, memakai pakaian yang menutup aurat adalah
diantara wujud aturan saat manusia berhubungan dengan dirinya
sendiri. Menjalankan muamalah yang islami baik dalam aspek ekonomi,
politik, pemerintahan, pendidikan, sosial, dan peradilan adalah wujud
aturan bagi manusia saat berinteraksi dengan manusia lainnya.
2.2.3 Bidang Akhlak
Akhlaq,
dalam
bahsa Arab, berasal dari lafadz khalq,
yang
berarti tabiat dan ciri khas. Menurut istilah, akhlaq
merupakan sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim agar
dijadikan sebagai sifatnya ketika melakukan perbuatan. Sehingga
nampak dalam diri seorang muslim ketika melakukan aktivitas tertentu,
misalnya khusyu’
ketika
beribadah, dan jujur ketika bermu’amalah, serta menjalin hubungan
silahturrahmi dengan baik dalam satuan keluarga terkecil keluarga,
masyarakat hingga negara guna mewujudkan kehidupan umat manusia yang
berdampingan secara damai dan harmonis. Tidak hanya itu saja bukti
kesempurnaan Islam khususnya bidang akhlak menunjukkan melalui
kandungan Al- Qur’an bahwa:
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal. (QS
Ali Imran [3]: 190)
Memiliki makna bahwa umat manusia melalui akhlak yang dimilikinya hendaknya memberikan sebagaian kasih sayangnya kepada makhluk Allah yang lain, seperti hewan dan tumbuhan yang berkaitan alam raya, sebagai objek pemikiran, bermuhasabah dan pembelajaran. Artinya setiap manusia dapat menyayangi/ memelihara hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuhan tanpa harus menyakiti dan membunuhnya tanpa sebab. Selain itu penafsiran menurut Mukni’ah, 2011: 44, artinya penciptaan langit dan bumi dapat dijadikan sebagai sarana berkarya dan pemenuhan kebutuhan sehari- hari. Lebih dari semua itu adalah akhlak Muslim kepada Allah SWT. , Pencipta dan Pemberi nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja’) dan takut (khauf) terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik didunia maupun di akhirat.
Memiliki makna bahwa umat manusia melalui akhlak yang dimilikinya hendaknya memberikan sebagaian kasih sayangnya kepada makhluk Allah yang lain, seperti hewan dan tumbuhan yang berkaitan alam raya, sebagai objek pemikiran, bermuhasabah dan pembelajaran. Artinya setiap manusia dapat menyayangi/ memelihara hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuhan tanpa harus menyakiti dan membunuhnya tanpa sebab. Selain itu penafsiran menurut Mukni’ah, 2011: 44, artinya penciptaan langit dan bumi dapat dijadikan sebagai sarana berkarya dan pemenuhan kebutuhan sehari- hari. Lebih dari semua itu adalah akhlak Muslim kepada Allah SWT. , Pencipta dan Pemberi nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja’) dan takut (khauf) terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik didunia maupun di akhirat.
2.2.4 Bidang Hukum/
Syariah
Demi Tuhanmu,
mereka pada hakikatnya tidak berimansebelum mereka menjadikan kamu
(Muhammad) hakim dalam perkara apa saja yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka ata putusan
yang engkau berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya (QS
an- Nisa’ [4]: 65)
Seluruh amal
perbuatan manusia tidak memiliki status hukum sebelum datang
pernyataan dari syariah.
Amal itu tidak tergolong wajib, sunah, haram, makruh, ataupun mubah
sebelum statusnya diterapkan oleh syariah.
Sebelum
ada ketetapan syariah
manusia
boleh saja melakukan perbuatan seuai dengan pengetahuannya dan
berdasarkan pandangannya atas kemaslahatan manusia. Sebab, tidak ada
”beban hukum” (taklif)
sebelum sampainya pernyataan syariah.
Syariah Islam mencakup tiga pilar hubungan yaitu manusia dengan
Allah, masyarakat dan negara. Manusia dengan Allah ada peraturan
dalam beribadah, manusia dengan masyarakat ada aturan jual beli,
utang piutang, pengalihan hak, kafalah,
dan lainnya. Manusia dengan negara ada aturan hubungan negara
terhadap rakyatnya, loyalitas ulil
amri
(pemerintah) yang adil dan bijaksana, bughot
(pemberontakan),
hubungan antar negara, pernyataan damai atau perang dan lainnya.
Sehingga syariah
Islam
dalam penerapannya hukumnya wajib secara kaffah,
Allah
berfirman bahwa:
Wahai orang-
orang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu ikuti langkah- langkah setan. Sungguh ia musuh yang
nyata bagimu.
(QS
Al- Baqarah [2]: 208)
Oleh karenanya,
telah menjadi suatu kepastian bahwa syariah yang telah Rasulullah
SAW. Bawa mencakup semua perbuatan manusia. Dengan demikian, setiap
Muslim yang hendak melakukan suatu perbuatan untuk memenuhi
kebutuhannya atau mencari sesuatu kemaslahatan wajib secara syar’i
mengetahui hukum Allah atas perbuatan tersebutsebelum ia
melakukannya. Dengan begitu ia dapat selalu sesuai dengan hukum
syariah.
2.2.5 Bidang dalam
Seluruh Aspek Kehidupan
Beberapa
bukti kesempuraan Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek
kehidupan manusia yaitu:
- Islam dijadikan sebagai pedoman hidup.
- Digambarkan dalam Al- Qur’an meliputi konsep keyakinan, moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/ perundang- undangan.
- Merupakan satu- satunya diin yang diridhai Allah SWT, menjadikan satu-satunya agama yang benar dan tidak terkalahkan, firma Allah SWT. , bahwa:
Dialah yang telah
mengutus Rasul- Nya petunjuk dan agama yang benaruntuk
dimenangkannyaatas segala agama, walaupun orang- orang musyrikin
tidak menyukai.
(QS
Al-Taubah [9]: 33).
- Dapat merasakan nikmat berislam dan menjauhkannya dari kesesatan hidup jahiliyah, merawat dan menjaga Islam dengan tarbiyah Islamiyah serta menerapkan secara kaffah sehingga terwujudnya kesejahteraan hidup dunia dan akhirat. Bagi mereka yang memilih hidupnya dengan akal untuk menggunakan hidayah dan memperoleh taufiqdari Allah SWT.
- Adanya keunikan dalam diri Islam, sifat manusiawi (menunujukkan relevansi hukum islam dengan watak manusia agar menghargai hak hak hidup manusia yang lain ), sifat moral (menunjukkan hukum Islam bertajuk pada kode etik tertentu mengingat Nabi Muhammmad SAW turun ke Bumi guna penyempurnaan akhlak manusiadengan upaya tetap bertajuk pada kode etik dalam Al- Qur’an, memiliki makna bahwasanya Islam menjaga kehormatan dan martabat manusia, saling memuhasabai dalam kebenaran dan kesabaran, serta menempatan kedudukan sesuai dengan tempat kedudukannya), sifat universal (bermakna seluruh aturan ada dan mengikat untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali, berbeda dengan agama lain yang diturunkan untuk umat agamanya saja, tetapi berbeda dengan Islam tidak hanya untuk umatnya saja, namun mengikat juga umat yang lain).
- Dapat membuka diri dan dapat berdialog dengan siapa pun, kapan pun dan dimana pun karna Islam mensolusi seluruh probelmatika umat.
BAB
III
SIMPULAN
- Simpulan
3.1.1 Peran Akal dan
Wahyu dalam Islam
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami
sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya.
Wahyu
adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan
rasul melalui mimpi dan sebagainya.
Allah meniupkan ruh
ke dalam diri manusia, yang tidak diberikanNya kepada makhluq bumi
yang lain. Karena manusia mempunyai ruh, ia mempunyai kekuatan
ruhaniyah yaitu akal. Dengan akal itu manusia mempunyai kesadaran
akan wujud dirinya. Dengan otak sebagai mekanisme, akal manusia dapat
berpikir dan dengan qalbu (hati nurani) sebagai mekanisme akal
manusia dapat merasa. Kemampuan akal untuk berpikir dan merasa
bertumbuh sesuai dengan pertumbuhan diri manusia. Agar manusia dapat
mempergunakan akalnya untuk berpikir dan merasa, ia perlu mendapatkan
informasi dan pengalaman hidup. Mutu hasil pemikiran dan renungan
akal tergantung pada jumlah, mutu dan jenis informasi yang
didapatkannya dan dialaminya. Ilmu eksakta, non-eksakta, ilmu
filsafat adalah hasil olah akal dengan mekanisme otak. Kesenian dan
ilmu tasawuf adalah hasil olah akal dengan qalbu sebagai mekanisme.
Oleh karena akal
manusia itu terbatas, Allah Yang Maha Pengatur (ArRabb) memberikan
pula sumber informasi berupa wahyu yang diturunkan kepada para Rasul
yang kemudian disebar luaskan kepada manusia. Nabi Muhammad
RasuluLlah SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir. Setelah beliau,
Allah tidak lagi menurunkan wahyu.
3.1.2 Berbagai
Bukti dalam Kesempurnaan Islam ( Suyumuliyatul
Islam)
Kesempurnaan Islam
memiliki bagian- bagian meliputi syumuliyatuz
zaman
(sepanjang masa), syumuliyatul
minhaj
(mencakup semuanya) dan syumuliyatul
makan (semua
tempat). Ketiganya memiliki makna yang berbeda namun tetap dalam
cakupan islam. Pembahasan ketiga hal tersebut menurut Mukni’ah,
2011: 40- 41 bahwa pertama dalam syumuliyatuz
zaman
(sepanjang masa) Islam mencakup kronologi dan periodesasi zaman serta
waktu, yaitu agama masa lalu, hari ini dan sampai berakhirnya zaman
serta waktu kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang
disampaikan kepada para Nabi terdahulu :
Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap- tiap umat untuk menyerukan:
“Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut.” (QS
Al- Nahl
[16]: 36).
Selanjutnya, disempurnakan oleh Allah melalui risalah Nabi Muhammad
Saw. Sebagai satu- kesatuan risalah dan nabi terakhir hingga hari
kiamat tiba.
Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusiatiada mengetahui (QS
Saba’ [34]: 28). Kedua,
syumuliyatul
minhaj (mencakup
semuanya) terdiri dari aspek- aspek yang terkandung dalam Islam,
seperti kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan
yang wajib hukumnya yaitu dakwah dan jihad guna sebagai peyokong/
penguat Islam, akhlak dan ibadah guna sebagai pondasi Islam dan
akidah guna sebagai asas Islam. Kegunaan dan fungsi dalam aspek-
aspek tersebut memberikan gambaran kelengkapan Islam sebagai satu-
satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT.:
Sesungguhnya
agama (yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam (QS
Ali ‘Imran [3]: 19).
Ketiga syumuliyatul
makan (semua
tempat) dimana antara manusia dan alam semesta ini merupakan satu-
kesatuan, karena Allah SWT. Alhasil Dia adalah Maha Pencipta alam ini
serta semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan- Nya. Dalam firman-
Nya :
Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut mmbawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. (QS
Al- Baqarah [2]: 163-164).
Islam sebagai agama
yang telah disempurnakan Allah jelaslah mengatur semuanya. Selain
mengajarkan untuk shalat yang mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Tetapi Islam mengatur semua kehidupan setiap makhluk- makhluk- Nya.
Khusus berkaitan dengan pembahasan mengenai berbagai bukti
kesempurnaan Islam di seputar Bidang Akidah, Bidang Ibadah, Bidang
Akhlak, Bidang Hukum/ Syariah, Bidang dalam Seluruh Aspek Kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Hafidz.
2004. Diskursus
Islam Politik dan Spiritual. Bogor:
Al Azhar Press.
‘Athiyat, Ahmad.
2010. “Jalan
Baru” Islam : Studi tentang Transformasi dan Kebangkitan Umat.
Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah.
Iskandar, Arief B.
2009. Materi
Dasar Islam, Islam mulai akar hingga daunnya. Bogor:
Al Azhar Press.
Mukni’ah. 2011.
Materi
Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Jogjakarta:
Ar- Ruzz Media.
0 komentar:
Posting Komentar